Postingan

Spektakel Bahasa Puitik; Melancong dengan Imajinasi

Gambar
    Judul Buku: Luka, tentang Ingatan yang Hampir Lupa Penulis: Fredy Sebho Penerbit:   Ledalero Tahun Terbit: 2020 ISSBN: 978-602-1161-98-2 Tebal: 108 hal.   Buku ini adalah kumpulan prosa yang diramu dengan gaya bahasa yang sangat romantik dan kaya metafora. Kita dibuat terperangah dengan kelincahan memilin kata; suatu undangan untuk melancong dengan imajinasi. Terhimpun 20 prosa yang menurut penulisnya,   “hasil dari semacam aforisma atau catataan lepas saat bersekolah di negerei Spageti-Italia dan saat mengunjungi beberapa tempat indah di Eropa”. Karena itu, prosa-prosa ini hemat saya adalah juga semacam spektakel romantik “perjalanan jatuh cinta”, keresahan cinta yang estetik lagi dilematik penulisnya.   Melaluinya, pembaca dapat pula berkaca tentang dirinya sendiri. Di buku ini, segala yang biasa diracik menjadi sedemikian takjub. Pembaca bisa menjelma menjadi seorang peziarah imaji yang terenyuh dengan keajaiban cinta serentak menjadi “gelisah” karena cinta

Sebuah Twit untuk Almamater Seminari BSB Pada Dies Natalis ke -19

Gambar
                             Saya menulis catatan ini dengan sangat impresif. Tentu, catatan ini sangat pribadi, sebuah keterlibatan untuk mengambil bagian dalam kebahagiaan alamamater tercinta, hari ini. Izinkan saya menulis agak panjang. Hari ini Seminari BSB merayakan ulang tahun ke-19. Bahagia dan syukur adalah kurban yang mesti selalu dipanjatkan. Usia ini bagi saya masih terlalu belia untuk disebut sebagai sebuah lembaga pendidikan calon imam yang mapan dengan tradisi-tradisi unik yang melekat padanya. Namun, usia 19 ini justru sebuah potensi, ada semacam ruang dan waktu amat luas bagi pertumbuhan. Ada prospek; cita-cita dan idealisme yang terbentang luas di hadapan kemewaktuannya. Bagi saya, Bunda Segala Bangsa yang otentik adalah Rahim yang menumbuhkan berjuta benih kebaikan tanpa merasa terlalu muda atau merasa terlalu tua. Rahim itu, tempat semua orang merasa betah dengan panggilannya dan seharusnya, tempat bagi perjumpaan secara intens dengan Ia yang memanggil. BSB d

Yang Janggal dari Klaim Kepemilikan Besipae dan Upaya Membereskan Sinyalemen

Gambar
 Pernah Tayang di Sergap.id   Oleh: Paul Ama Tukan (Mahasiswa STFK Ledalero Maumere-Flores) Klaim kepemilikan tanah yang melibatkan Pemprov NTT dan masyarakat adat Pubabu belum menuai penyelesaian. Headline Pos Kupang edisi Rabu 27/5/2020 memuat sebuah berita tentang bantahan Pemprov NTT terkait sejumlah isu yang menyebut Pemprov NTT telah merampas kawasan instalasi Besipae dari tangan masyarakat adat Pubabu, desa Linamnutu, kecamatan Amanuban Selatan, kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Dalam berita itu, kepala Badan Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi NTT, Dr.Drs. Zeth Sony Libing, M.Si menjelaskan kronologi klaim kepemilikan wilayah Besipae dan mengungkapkan “niat baik” Pemprov NTT terkait alasan pendayagunaan wilayah ini. Dalam paparan Dr. Sonny, Pemprov NTT tidak sedikit pun memiliki niat   merampas Besipae dari masyarakat setempat. Menurutnya, masyarakat justru akan dilibatkan dalam seluruh program yang diinisiasi Pemprov NTT dan karenanya masyarakat justru   diberda

Menanti Penyelesaian Klaim Kepemilikan Besipae

Gambar
    Tulisan ini pernah dimuat di HKU Pos Kupang , Selasa 26 Mei 2020 Oleh: Paul Ama Tukan (Anggota KMK-L, tinggal di Wisma Mikhael Ledalero-Maumere)   Klaim kepemilikan wilayah Besipae, desa Linamnutu, kecamatan Amanuban Selatan, kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) belum menuai kesepakatan. Sebagaimana diberitakan pos-kupang.com (12/2/2020) warga menuntut agar sertifikat hak pakai Pemrov dicabut dan dilakukan pemetaan ulang kepemilikan tanah tersebut. Pemrov NTT masih bersikeras mengambil wilayah itu dan berencana merelokasi warga Besipae dari wilayah pemukiman mereka. Upaya pengambilan lahan ini pun akan berlanjut pada pengosongan lahan oleh Pemrov NTT dan selanjutnya akan digunakan sebagai “pusat pengembangan peternakan, pembibitan sapi wagio dan sebagai pusat pakan ternak” ( fakta-tts.com 10/02/2020). Dilema Pembangunan Dilema besar tentu menghantam figur kekuasaan tatkala strategi pembangunan dan upaya konstruktif justru meluruhkan air mata segenap rakyat akar rumput d